Kamis, 20 Juli 2017

Review Jurnal Prinsip Kerja Grounding System (Penyalur Petir)


Review Jurnal 
Prinsip Kerja Grounding System (Penyalur Petir)
RIZKI RAMADHAN


ABSTRAKSI

Indonesia terletak di daerah tropis dan dikelilingi oleh lautan. Oleh karena itu, Indonesia termasuk negara yang memiliki kepadatan sambaran petir yang tinggi.
Sambaran petir dapat menimbulkan kerugian yang besar, sehingga dibutuhkan usaha untuk mengurangi resiko kerusakan akibat sambaran petir, yaitu dengan penyalur petir.
Pada penulisan ini penulis akan menjelaskan prinsip kerja, fungsi, cara memasang serta jenis dan bentuk dari Grounding System (Penyalur Petir) yang di harapkan untuk mengurangi resiko kerusakan gedung beserta peralatannya dari sambaran petir.

I.        PENDAHULUAN

Indonesia terletak di daerah tropis dan dikelilingi oleh lautan. Oleh karena itu, Indonesia termasuk negara yang memiliki kepadatan sambaran petir yang tinggi. Karena berada di daerah tropis, Indonesia termasuk salah satu di antara tiga “daerah petir” yang terbesar selain Afrika Tengah dan lembah sungai Arizona.
Indonesia merupakan daerah dengan hari guruh per tahun tertinggi di dunia menurut buku Guinness of Records yakni berkisar antara 180 – 260 hari guruh per tahun dengan kerapatan sambaran petir ke tanah (Ng) mencapai 30 sambaran per km2 per tahun.
Berada di daerah ekuatorial yang menerima insolasi dalam jumlah besar dengan hampir 70% wilayah merupakan perairan, Indonesia memiliki penguapan atau jumlah uap air yang besar dari tiga wilayah ekuator, seperti ekuator Afrika, ekuator Indonesia dan ekuator Amerika, maka Indonesia merupakan daerah konvektif paling aktif, sehingga tiga persyaratan terbentuknya awan petir mudah terpenuhi.
Udara lembab dalam lapisan tebal 3 km, adanya insolasi yang memanasi permukaan tanah dan udara di atasnya serta atmosfer yang tidak stabil secara konvektif atau ada gaya apung termal bernilai positif adalah syarat yang bisa terpenuhi. Sehingga tidak mengherankan jika jumlah hari guruh di Indonesia bisa mencapai 100 atau lebih per tahunnya.
Petir merupakan kejadian alam dimana terjadi loncatan muatan listrik antara awan dengan bumi. Loncatan muatan listrik tersebut diawali dengan mengumpulnya uap air di dalam awan. Ketinggian antara permukaan atas dan permukaan bawah pada awan dapat mencapai jarak sekitar 8 km dengan temperatur bagian bawah sekitar 15,50C dan temperatur bagian atas sekitar 510C. Akibatnya, di dalam awan tersebut akan terjadi kristal-kristal es. Karena di dalam terdapat angin ke segala arah, maka kristal-kristal es tersebut akan saling bertumbukan dan bergesekan sehingga terpisahkan antara muatan positif dan muatan negatif.
Pemisahan muatan inilah yang menjadi sebab utama terjadinya sambaran petir. Pelepasan muatan listrik dapat terjadi di dalam awan, antara awan dengan awan dan antara awan dengan bumi tergantung dari kemampuan udara dalam menahan potensial yang terjadi.
Petir yang dikenal sekarang terjadi akibat awan dengan muatan tertentu menginduksi muatan yang ada di bumi. Bila muatan di dalam awan bertambah besar, maka muatan induksi makin besar sehingga beda potensial antara awan dengan bumi makin besar. Kejadian ini diikuti sambaran pelopor yang menurun dari awan dan diikuti dengan adanya sambaran pelopor yang naik dari  bumi mendekati sambaran pelopor yang turun. Pada saat itulah terjadi apa yang dinamakan petir.
Sambaran petir dibedakan menjadi 2 jenis, yakni sambaran petir langsung dan tidak langsung. Sambaran petir langsung artinya petir langsung merusak objek yang disambarnya seketika itu juga, misalnya seperti pohon yang terbelah sambaran petir. Sedangkan sambaran tidak langsung yakni sambaran yang menghasilkan induksi petir yang dapat mengakibatkan kerusakan alat elektronik dirumah, akibat kuat arus yang mendadak meningkat dari energi yang terpancar disekitaran sambaran petir itu.
Hari guruh per tahun diukur menggunakan Isokeraunik Level, yang merupakan jumlah hari guruh dalam satu tahun di suatu wilayah yaitu garis pada peta yang menghubungkan daerah-daerah dengan rata-rata jumlah hari guruh yang sama. Menurut Isokeraunik Level yang bersumber dari BMKG, Jakarta-Jawa termasuk dalam kategori tinggi tingkat kerawanan terhadap petir yaitu 193 curah petir dan 52,88% IKL. Dimana jika IKL > 50% adalah kategori tinggi, jika IKL 25% atau < 50 % adalah kategori sedang dan jika IKL < 25% adalah kategori rendah.
Sambaran petir dapat menimbulkan kerugian yang besar, sehingga dibutuhkan usaha untuk mengurangi resiko kerusakan akibat sambaran petir, yaitu dengan Grounding System (penyalur petir). Pada dasarnya sambaran petir selalu mengenai daerah yang tinggi. Contohnya sambaran petir mengenai pohon yang tinggi serta rumah dan gedung yang bertingkat.

II.     TEORI

Sistem pembumian (grounding system) adalah suatu perangkat instalasi yang berfungsi untuk melepaskan arus petir ke dalam bumi, salah satu kegunaannya untuk melepas muatan arus petir. Tingkat kehandalan sebuah grounding ada di nilai konduktivitas logam terhadap tanah yang ditancapinya. Semakin konduktif tanah terhadap benda logam, maka semakin baik. Kelayakan grounding harus bisa mendapatkan nilai tahanan sebaran maksimal 5 ohm (PUIL 2000 : 68) dengan menggunakan earth ground tester. Namun begitu, untuk daerah yang resistans jenis tanahnya sangat tinggi, resistans pembumian total seluruh sistem boleh mencapai 10 ohm (PUIL 2000 : 68).

2.1.  Bentuk Grounding System (Penyalur Petir)
Grounding system dapat dibuat dalam tiga bentuk antara lain, sebagai berikut:
1.      Single  Rod
Gambar 2.1. Single  rod

Grounding system yang hanya terdiri atas satu buah titik penancapan batang (rod) pelepas arus atau ground rod di dalam tanah dengan kedalaman tertentu (misalnya 6 meter). Untuk daerah yang memiliki karakteristik tanah yang konduktif, biasanya mudah untuk didapatkan tahanan sebaran tanah di bawah 5 ohm dengan satu buah ground rod.

2.      Paralel  Rod
Gambar 2.2. Paralel  Rod

Jika sistem single  rod masih mendapatkan hasil kurang baik (nilai tahanan sebaran >5 ohm), maka perlu ditambahkan ground rod ke dalam tanah yang jarak antar batang minimal 2 meter dan dihubungkan dengan kabel BC/BCC. Penambahan ground rod dapat juga ditanam mendatar dengan kedalaman tertentu, bisa mengelilingi bangunan membentuk cincin atau cakar ayam. Kedua teknik ini bisa diterapkan secara bersamaan dengan acuan tahanan sebaran/resistans kurang dari 5 ohm setelah pengukuran dengan earth ground tester.

3.      Multi  System
Gambar 2.3.  Multi  System
Bila didapati kondisi tanah yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: kering atau air tanah dalam, kandungan logam sedikit, basa (berkapur), pasir dan berpori (porous).
Maka penggunaan 2 cara sebelumnya akan sulit dan besar kemungkinan gagal untuk mendapatkan resistans kecil. Maka dari itu, teknis yang digunakan adalah dengan cara penggantian tanah dengan tanah yang mempunyai sifat menyimpan air atau tanah yang kandungan mineral garam dapat menghantar listrik dengan baik. Ground rod ditancapkan pada daerah titik logam dan di kisaran kabel penghubung antar ground rod-nya. Tanah humus, tanah dari kotoran ternak, dan tanah liat sawah cukup memenuhi standar hantar tanah yang baik.

Gambar 2.4. Batang grounding beserta aksesorisnya

Batang grounding beserta aksesorisnya yaitu: konduktor tanah, penghubung antara konduktor dengan elektroda tanah dan elektroda tanah.

Gambar 2.5. Batang grounding dan lingkaran pengaruhnya
(Sphere of Influence)

     Gambar 2.5. menggambarkan batang grounding beserta lingkaran pengaruhnya (sphere of influence) di dalam tanah. Tampak bahwa pengaruh batang grounding akan semakin dalam letaknya di dalam tanah dan pengaruh terkecil pada kedalaman yang sama dengan kedalaman batang grounding. Lingkaran pengaruh ini makin dekat dengan batang grounding. Salah satu faktor utama dalam setiap usaha pengamanan penyalur petir adalah grounding. Apabila suatu tindakan pengamanan yang baik dilaksanakan maka harus ada grounding system yang dirancang dengan baik dan benar.

2.2.  Jenis-jenis Penyalur Petir
Jenis-jenis penyalur petir antara lain, sebagai berikut:
1.      Penyalur Petir Konvensional

Gambar 2.6. Penyalur petir konvensional
Tidak lepas dari Franklin, ilmuwan dan politikus terkenal yang menemukan penyalur petir pertama. Alat penyalur petir menjadi populer di perkantoran, hotel maupun gedung yang menaungi perangkat vital. Pada dasarnya penyalur petir bukanlah alat yang rumit dan memiliki komponen yang komplek. Penyalur petir hanyalah merupakan rangkaian jalur yang memiliki fungsi  sebagai jalan untuk kilatan petir untuk menuju ke arah permukaan bumi, tanpa merusak benda-benda sekitar yang dilewatinya. Sistem penyalur petir seperti ini dianggap sebagai penyalur petir konvensional dan dikenal memiliki tiga bagian terutama, yakni batang penyalur petir, kabel konduktor serta tempat .
Untuk bagian batang penyalur petir biasanya berupa bahan tembaga yang didirikan tegak berdiri dengan ujung runcing. Ujung runcing tersebut bukan tanpa sebab dan alasan, hal ini karena muatan listrik mempunyai sifat yang mudah berkumpul serta lepas pada ujung logam yang runcing. Selain itu ujung runcing batang, mampu memperlancar proses tarik menarik dengan muatan listrik pada awan.  Batang ini sering dipasang di bagian teratas bangunan gedung.
Untuk bagian kedua adalah kabel konduktor, masih sama yakni dengan bahan tembaga dan biasanya memiliki diameter jalinan sekitar 1 cm – 2 cm, tergantung kebutuhan. Fungsi kabel konduktor adalah untuk meneruskan aliran muatan listrik yang masuk ke batang muatan listrik ke tanah. Bagian ini sering terpasang di bagian luar dinding gedung.
Untuk yang ke tiga adalah tempat , fungsi  adalah mengubur muatan listrik dari petir ke tanah. Itulah mengapa bagian  sering dipasang di dalam tanah dengan bahan yang terbuat dari belahan tembaga berlapis baja.

2.      Penyalur Petir Radioaktif

Gambar 2.7. Penyalur petir radioaktif

Penyalur petir radioaktif menjadi metode yang kurang populer dan bahkan terlarang, kinerjanya adalah dengan menggagalkan proses ionisasi menggunakan zat yang beradiasi karena penelitian terbaru menyebutkan bahwa muatan listrik pada awan disebabkan oleh proses ionisasi.
Bahan zat beradiasi yang mampu menggagalkan proses ini adalah radium 226, serta ameresium 241. Bahan ini dianggap bisa menghamburkan ion radiasinya, serta  menetralkan muatan listrik awan. Metode ini sudah terlarang untuk mengurangi pemakaian zat beradiasi.

3.      Penyalur Petir ElectrosItatic

Gambar 2.8. penyalur petir electrostatic

Penyalur petir electrostatic tidak terlarang, namun kurang populer digunakan. Prinsip kerja penyalur dianggap meniru sebagian dari metode dan sistem penyalur petir radioaktif, yaitu dengan menambah muatan pada bagian ujung finial atau spilitzer agar petir selalu menuju ujung komponen ini  untuk disambar. Komponen konduktor dan  tetap dibutuhkan untuk mengubur muatan listrik.

III. PEMBAHASAN

3.1.  Fungsi Grounding System (Penyalur Petir)
Grounding system (penyalur petir) adalah suatu perangkat instalasi yang berfungsi untuk melepaskan arus petir ke dalam bumi, salah satu kegunaannya untuk :
1.        Menangkap Petir
Dengan cara menyediakan sistem penerimaan (batang penyalur petir) yang dapat dengan cepat menyambut sambaran arus petir, dalam hal ini mampu untuk lebih cepat dari sekelilingnya dan memproteksi secara tepat dengan memperhitungkan besaran petir.

2.        Menyalurkan Arus Petir
Sambaran petir yang telah mengenai terminal penyalur petir sebagai alat penerima sambaran akan membawa arus yang sangat tinggi, maka dari itu harus dengan cepat disalurkan ke bumi (grounding) melalui kabel penyalur sesuai standart sehingga tidak terjadi loncatan listrik yang dapat membahayakan struktur bangunan atau membahayakan perangkat yang ada di dalam sebuah bangunan.

3.        Menampung Petir
Dengan cara membuat grounding system dengan resistansi atau tahanan tanah kurang dari 5 Ohm. Hal ini agar arus petir dapat sepenuhnya diserap oleh tanah tanpa terjadinya step potensial. Bahkan dilapangan saat ini umumnya resistansi atau tahanan tanah untuk instalasi penyalur petir harus dibawah 3 Ohm.

4.        Proteksi Grounding System
Selain memperhatikan resistansi atau tahanan tanah, material yang digunakan untuk pembuatan grounding juga harus diperhatikan, jangan sampai mudah korosi atau karat, terlebih lagi jika didaerah dekat dengan laut. Untuk menghindari terjadinya loncatan arus petir yang ditimbulkan, adanya beda potensial tegangan maka setiap titik grounding harus dilindungi dengan cara integrasi atau bonding system.

5.        Proteksi Petir Jalur Power Listrik
Proteksi terhadap jalur dari power mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya induksi yang dapat merusak peralatan listrik dan elektronik.

6.        Proteksi Petir Jalur PABX
Melindungi seluruh jaringan telepon dan signal termasuk pesawat faxsimile dan jaringan data.

7.        Proteksi Petir Jalur Elektronik
Melindungi seluruh perangkat elektronik seperti CCTV, mesin dan lain-lain dengan memasang surge arrester elektronik.

3.2.  Cara Memasang Grounding System (Penyalur Petir)
Sebelum tahu cara memasang penyalur petir yang benar, maka harus tahu bagian-bagian dari penyalur petir terlebih dahulu. Ada 3 bagian utama dari penyalur petir ini, yaitu:
1.        Grounding system sebagai penyalur arus petir ke dalam tanah
2.        Kabel penyalur
3.        Batang penyalur petir
Langkah pertama dalam cara memasang penyalur petir yang benar adalah membangun grounding system. Hal ini perlu dilakukan pertama karena berhubungan dengan faktor keamanan dan kemudahan dalam membuat penyalur petir. Untuk membangun grounding yang baik anda membutuhkan alat earth tester yang digunakan untuk melihat berapa besar nilai tahanan tanahnya. Pilihlah tempat pembumian yang memungkinkan mengambil jarak terdekat dengan pemasangan penyalur petir di atas bangunan, jika memungkinkan. Beberapa tanah yang memiliki kandungan garam tinggi, atau kandungan air tinggi dan atau kandungan keasaman tinggi biasanya nilai tahanannya cenderung lebih rendah. Jika nilai tahanan tanahnya rendah maka kebutuhan terhadap batang Rod tembaga juga makin sedikit.
Setelah menemukan lokasi tempat pembumian yang baik, tahap selanjutnya pada cara memasang penyalur petir yang benar ini adalah membuat instalasi penyalur petir bagian groundingnya. Adapun bahan yang dibutuhkan adalah material grounding dari bahan Tembaga, Galvanise atau Stainless. Material tersebut ditancapkan ke dalam tanah pada lokasi penyalur petir instalasi grounding yang sudah dipilih. Selanjutnya ukur pula resistansi tanah dan hasilnya harus lebih kecil dari 5 Ohm. Bahkan jasa pemasangan penangkal petir professional seperti PT DCT terbiasa dengan etos kerja berstandar tinggi, dan membuat instalasi grounding hanya memiliki tahanan di bawah 2 ohm saja. Jika standar yang diinginkan belum tercapai, maka harus menambahkan batang konduktor yang ditanam di dalam tanah secara parallel dan mengukur kembali nilai tahanan tanahnya hingga nilai yang diinginkan. Anda mungkin perlu melakukan pengeboran untuk menanam konduktor dari grounding system ini. Bahkan perlu mengebor hingga kedalaman 6 meter untuk membuat grounding yang baik hingga nilai standar pada cara memasang penyalur petir yang benar tercapai.
Berikutnya adalah cara memasang penyalur petir yang benar untuk bagian pemasangan kabel konduktor. Dapat menggunakan kabel coaxial atau kabel BC (Bare Cooper) langkah pertama adalah mendesain jalur dari kabel. Lalu memulainya dari grounding hingga ke batang penyalur petir. Pastikan, dalam jalur kabel, tidak ada atau hanya sedikit jalur yang membentuk sudut dan usahakan kurang dari 90 derajat. Hal ini untuk menghindari terjadinya side flashing atau lompatan muatan listrik pada bangunan dan berpotensi menimbulkan kerusakan pada bangunan.
Pengkabelan (konduktor) adalah merupakan penghantar aliran dari penyalur petir ke grounding. Kabel yang digunakan untuk yang jauh dari jangkauan  biasanya jenis kabel BC  ( kabel tembaga terbuka) dan untuk yang mudah dalam jangkauan menggunakan kabel BCC atau NYY   (kabel tembaga terbungkus).
Selain cara memasang penyalur petir yang benar juga pemilihan perangkat penyalur petir maupun kabelnya juga harus tepat sehingga cara kerja alat penyalur petir dapat maksimal. Gunakan kabel dengan ukuran minimal 50 mm dan sudah mendapatkan SNI.
Cara memasang penyalur petir yang benar selanjutnya adalah pemasangan batang penyalur petir. Pilih posisi yang paling tinggi pada bangunan untuk hasil yang paling baik. Pada instalasi penyalur petir konvensional, teknisi sebaiknya dapat memperkirakan dimana letak sambaran petir untuk menentukan posisi batang penyalur petir yang berbentuk seperti tombak itu. Setelah itu, sambungkan dengan kabel penghantar. Pastikan, sambungan dengan kabel ini kuat dan dapat menghantarkan listrik dengan baik.
Banyak masalah terjadi karena penyambungan antara kabel dan batang penyalur petir yang tidak sesuai dengan cara memasang penyalur petir yang benar. Hal ini dapat merusak penyalur petir itu sendiri, serta membahayakan bangunan yang dipasang penyalur petir ini.

3.3.  Prinsip Kerja Grounding System (Penyalur Petir)
Prinsip kerja penyalur petir adalah bagaimana cara kerja alat penyalur petir sehingga membuatnya mampu menyingkirkan bahaya sengatan petir agar tidak mengenai gedung atau tempat yang dilindunginya. penyalur petir adalah alat yang digunakan untuk menghindari sambaran petir.





Gambar 3.1. prinsip kerja grounding system (penyalur petir)

Untuk menjelaskan prinsip kerja penyalur petir ini dapat dimulai dari bagian alat penyalur petir yaitu batang penyalur petir, konduktor dan grounding. Prinsip kerja penyalur petir konvensional yaitu membuatkan jalan yang lebih baik agar petir lebih cepat mencapai tempat pembumian. Sehingga dengan begitu petir tidak akan melewati jalan lain yang lebih sulit (yaitu bangunan atau area proteksi). Oleh sebab itu bahan yang digunakan harus sesuai dengan cara kerja penyalur petir, dimana secara keseluruhan harus memiliki nilai konduktivitas yang baik. Jika bahan yang digunakan memiliki kualitas penghantar listrik yang buruk, maka nilai hambatannya akan besar, dan membahayakan bangunan.
Prinsip kerja penyalur petir secara singkat adalah ketika ada petir, batang penyalur yang terletak diatas bangunan akan menjadi sasaran petir. Hal ini disebabkan, batang penyalur petir yang runcing dan tinggi serta memiliki kualitas penghantar yang baik maka akan cenderung lebih mudah untuk dilalui muatan listrik petir. Selanjutnya, muatan listrik petir akan segera menuju bagian kabel penyalur petir atau kabel konduktor sehingga akan lebih cepat sampai ke tanah (grounding). Mengingat besarnya muatan listrik yang berasal dari petir, maka selain kualitas konduktor yang baik, ukuran diameter kabel penyalur petir juga tidak boleh yang kecil. Dan yang lebih penting lagi nilai tahanan listrik untuk penyalur petir tidak boleh di atas 5 ohm. Namun ahli penyalur petir biasanya akan merekomendasikan tahanan di bawah 2 ohm. Semakin kecil nilai hambarannya akan semakin baik.
Jika pemasangan alat penyalur petir tidak bagus dan mengesampingkan prinsip kerja penyalur petir, maka dikhawatirkan penyalur petir gagal bekerja. Contoh prinsip kerja penyalur petir yang gagal yaitu, jika nilai tahanan penyalur petir besar akibat kualitas bahan yang buruk, maka ketika sambaran petir yang besar datang, muatan listrik yang seharusnya dapat dengan lancar mengalir ke bagian pembumian, akan terhambat dan tertahan. Akibatnya, jika ada petir lagi, muatan petir yang pertama belum sempat dinetralkan, dan petir susulan ini tidak dapat menuju tanah sehingga akan menyambar bangunan. Atau jika tidak, akan muncul side flashing (lompatan bunga listrik) sehingga dapat menyebabkan lonjakan tegangan listrik yang dapat merusak perangkat elektronik penting.

IV. Kesimpulan

Pada dasarnya sambaran petir selalu mengenai daerah yang tinggi. Contohnya sambaran petir mengenai pohon yang tinggi serta rumah dan gedung yang bertingkat. Oleh karena itu gedung dan rumah tinggal seharusnya memiliki pengamanan grounding system (penyalur petir), khususnya yang berada didaerah dataran tinggi ataupun diwilayah yang terdapat sambaran petir tertinggi. Contohnya menurut Isokeraunik Level yang bersumber dari BMKG, Jakarta-Jawa termasuk dalam kategori tinggi tingkat kerawanan terhadap petir yaitu 193 curah petir dan 52,88% IKL. Dimana jika IKL > 50% adalah kategori tinggi, jika IKL 25% atau < 50 % adalah kategori sedang dan jika IKL < 25% adalah kategori rendah.


V.   DAFTAR PUSTAKA

2.     http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20249274-R231059.pdf (Diakses pada tanggal 20 April 2017)
3.        http://gudang petir.com/mengukur-resistansi-ground/ (Diakses pada tanggal 20 April 2017)
4.        http://gudangpetir.com/kabel-penyalur-penangkal-petir/ (Diakses pada tanggal 20 April 2017)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Review Jurnal Prinsip Kerja Grounding System (Penyalur Petir)

Review Jurnal  Prinsip Kerja Grounding System (Penyalur Petir) RIZKI RAMADHAN ABSTRAKSI Indonesia terletak di daerah tropis da...