Bahasa
Meskipun Bahasa
Indonesia adalah bahasa resmi, umumnya sebagian besar
menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa
Jawa Dialek Solo-Jogja dianggap sebagai Bahasa Jawa Standar.Di samping itu terdapat sejumlah dialek Bahasa Jawa namun secara umum terdiri dari dua, yakni kulonan dan timuran. Kulonan dituturkan di bagian barat Jawa Tengah, terdiri atas Dialek Banyumasan dan Dialek Tegal dialek ini memiliki pengucapan yang cukup berbeda dengan Bahasa Jawa Standar. SedangTimuran dituturkan di bagian timur Jawa Tengah, di antaranya terdiri atas Dialek Solo, Dialek Semarang. Di antara perbatasan kedua dialek tersebut, dituturkan Bahasa Jawa dengan campuran kedua dialek daerah tersebut di antaranya adalah Pekalongan dan Kedu.
Di wilayah-wilayah berpopulasi Sunda, yaitu di kabupaten Brebes bagian selatan, dan kabupaten Cilacap utara sekitar kecamatan Dayeuhluhur, orang Sunda masih menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-harinya.
Berbagai macam dialek yang terdapat di Jawa Tengah :
- dialek Pekalongan
- dialek Kedu
- dialek Bagelen
- dialek Semarangan (Kota Semarang)
- dialek Pantai Utara Timur (Jepara, Rembang, Demak, Kudus, Pati)
- dialek Blora
- dialek Surakarta
- dialek Yogyakarta
- dialek Madiun
- dialek Banyumasan (Ngapak)
- dialek Tegal-Brebes
Agama
Islam
|
88%
|
Katholik
|
7%
|
Kristen
|
2%
|
Budha
|
1%
|
Hindu
|
0.5%
|
Lainnya
|
0.6%
|
Agama lain yang dianut adalah Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, Kong Hu Cu, dan puluhan aliran kepercayaan. Penduduk Jawa Tengah dikenal dengan sikap tolerannya. Sebagai contoh di daerah Muntilan, Kabupaten Magelang banyak dijumpai penganut agama Katolik, dan dulunya daerah ini merupakan salah satu pusat pengembangan agama Katolik di Jawa. Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi dengan populasi Kristen terbesar di Indonesia , Lain daerah Suatu Desa di Sumpiuh, Banyumas 100 % Beragama Islam dan Banyumas adalah Populasi Islam terbesar di Indonesia.
Terdapat pula orang-orang keturunan Yahudi dan menganut agama Yahudi di Jawa Tengah yang jumlahnya sangat sedikit sekali. Mereka ada di wilayah Semarang, Cilacap, Solo, dan Brebes. Mereka umumnya adalah Yahudi keturunan Belanda pada zaman kolonial.
Pariwisata
Bengawan Solo di Kota Cepu, Kabupaten Blora
Jawa Tengah banyak terdapat obyek wisata yang sangat menarik. Kota Semarang memiliki sejumlah bangunan kuno. Obyek wisata lain di kota ini termasuk Puri Maerokoco (Taman Mini Jawa Tengah), Museum Jawa Tengah Ranggawarsita dan Museum Rekor Indonesia (MURI). Kota Jepara terdapat sejumlah bangunan kuno yaitu: Benteng Portugis, Benteng VOC, Museum R.A Kartini.
Salah satu kebanggaan provinsi ini adalah Candi Borobudur, yakni monumen Buddha terbesar di dunia yang dibangun pada abad ke-9, terdapat di Kabupaten Magelang.Candi Mendut dan Candi Pawon juga terletak dalam satu kawasan dengan Borobudur
Candi Prambanan di Klaten merupakan kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia. Di kawasan Dieng terdapat kelompok candi-candi Hindu, yang diduga dibangun sebelum era Mataram Kuno. Kompleks candi Gedong Songo terletak di lereng Gunung Ungaran, Kabupaten Semarang. Di kawasan kecamatan Keling tepatnya di desa Tempur terdapat Candi Angin.
Surakarta dipandang sebagai salah satu pusat kebudayaan Jawa, dimana di kota ini terdapat Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran. Obyek wisata menarik di luar kota ini adalah Air Terjun Grojogan Sewu dan candi-candi peninggalan Majapahit di Kabupaten Karanganyar; serta Museum Fosil Sangiran yang terletak di jalur Solo-Purwodadi.
Bagian selatan Jawa Tengah juga menyimpan sejumlah obyek wisata alam menarik, di antaranya Goa Jatijajar dan Pantai Karangbolong di Kabupaten Kebumen, serta Baturraden di Kabupaten Banyumas. Di bagian utara terdapat Obyek Wisata Guci di lereng Gunung Slamet, Kabupaten Tegal serta Kota Pekalongan yang dikenal dengan julukan ‘’kota batik’’.
Kawasan pantura barat banyak menyimpan wisata religius. Masjid Agung Demak yang didirikan pada abad ke-16 merupakan bangunan artistik dengan paduan arsitektur Islam dan Hindu. Demakadalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kawasan pantura barat terdapat 3 makam wali sanga, yakni Sunan Kalijaga di Demak, Sunan Kudus di kota Kudus, dan Sunan Muria di Kabupaten Kudus. Kudus juga dikenal sebagai ‘kota kretek’, dan kota ini juga terdapat museum kretek.
Makanan
khas Jawa Tengah
·
Jepara: Pindang Serani, Soto Jepara, Sop Udang, Tempong, Madu Mongso, Adon-Adon Coro, Kopi
Dapur Kuat, Sutet Es Gempol (Es Pleret), Horok-Horok, Rondo
Royal (Tape goreng), Sate Kikil, Klenyem (ketela parut goreng
isi gula
merah), Turuk Bintol, Kuluban (Urap: nangka muda,kacang
panjang dan daun mudanya, tauge/kecambah
mentah, buah petai cina mentah),Pecel Ikan Laut
Panggang, Terasi Jepara, Tempong(blenyik), Durian
Petruk, Jeruk Jepara, Kacang Oven, Kacang Jepara.
·
Kudus: Soto Ayam Kudus, sate Kerbau, Lentog, dodol, Jenang Kudus.
·
Purwodadi: swikee, nasi becek, kecap, sale pisang
·
Banjarnegara: dawet ayu, buntil
·
Kendal: Bandeng Tanpa Duri (Tandu), Krupuk
Petis, Krupuk
Rambak,Momoh,Brongkos
·
Semarang: Lunpia/lumpia, Soto Ayam Semarang ,
sate sapi, bandeng presto, nasi goreng babat, ayam goreng kraton
tulang lunak, kue-kue pia, sate kambing bumbu kecap, martabak malabar,
kue bandung, tahu petis, tahu gimbal, wingko
babat
·
Boyolali: marning (jagung goreng), paru
goreng, Brem cap
suling gading, krupuk rambak
·
Blora: Sega
Pecel, sate ayam blora, soto ayam
blora, tahu campur
·
Brebes: telor asin,
sate kambing di Tanjung. Brebes hingga kini dikenal sebagai sentra
penghasil bawang merah
·
Demak: nasi garang asem,
sambel blimbing
wuluh, kwaci (Demak pernah terkenal
sebagai sentra penghasil semangka)
·
Klaten: ayam goreng kalasan, bebek goreng, emping mlinjo
·
Pati: nasi gandul, sate ayam,
·
Pekalongan: nasi gandul,
soto tauco (tauto), nasi
megono
·
Pemalang: nasi grombyang, lontong
dekem, sate
loso
·
Purwokerto: tempe mendoan, gethuk goreng, soto sokaraja /
sroto sokaraja, nopia
·
Cilacap: ikan bandeng, kerupuk tengiri, sale pisang, ikan
asin / gesek
·
Purworejo: kue lompong, clorot (semacam dodol yang dibungkus daun kelapa secara
memilin), gebleg (baca ge- seperti e
pada kata senang dan -bleg seperti e pada kata becek), kue satu, dawet
hitam, lanthing
·
Purbalingga: rujak kangkung, tahu gecot, soto
kriyik, es duren, klanting
·
Rembang: bandeng duri lunak (di Juwana), sirup
kawis-ta
·
Salatiga: bakso urat, bakso babat, kripik paru, ting-ting gepuk
·
Solo: gudeg, sate kambing, thengkleng, srabi solo, nasi liwet, timlo solo, racikan
salat, krupuk karak/gendar, bakso popular ukuran bola golf, tahu acar, sayur tumpang
·
Sragen: nasi garang asem, sate sragen, brambang asem
·
Sukoharjo: welut goreng
·
Tegal: “teh poci”
(teh yang diseduh dalam poci tanah liat kecil
dan diminum dengan gula batu), sate tegal (sate
kambing muda khas Tegal), sate bebek majir, pilus, krupuk antor, nasi bogana
(nasi megono), Sauto (soto ayam/babat khas
Tegal dengan bumbu tauco). Tegal hingga saat ini dikenal sebagai sentra
penghasil teh.
·
Wonogiri: gaplek, tiwul, cabuk
·
Wonosobo: mie
ongklok, sagon, tempe kemul,
geblek, wedang
ronde, manisan carica, keripik jamur, dendeng gepuk
·
Ungaran: tahu bakso, sate kempleng, krupuk bakar
Museum
Batik
Seni
budaya memiliki beragam bentuk seni yang terkenal di seluruh Indonesia. Kesenian yang berasal
dari Jawa Tengah ini bisa berbentuk batik dan wayang, dan hal lainnya yang
menjadi ciri khas Jawa Tengah itu sendiri, kita beri contoh saja batik bisa
berupa cetak atau batik cap yang tersohor di seluruh Indonesia
Keraton
dan Wayang
Keraton Surakarta Hadiningrat atau lebih di kenal dengan keraton Surakatra ini merupakan istana kasunanan Surakarta. Seperti sebagaimana namanya, keraton surakatra ini menjadi tempat tinggal sunan dan menjadi rumah tangga nya, keraton Surakarta menjadi tempat wisata yang banyak di kunjungi oleh pengunjung yang berada di kota solo.
Dalam seni budaya Jawa Tengah di keraton ini, keraton Surakarta juga memiliki banyak benda penyimpanan pusaka atau benda bersejarah seperti pemberian dari kerajaan Eropa, benda – benda pusaka dan sebagainya di simpan di sebagian tempat yang ada di keraton yang di jadikan tempat museum di keraton tersebut.
Bentuk seni budaya Jawa Tengah lainnya adalah wayang. Wayang merupakan kesenian yang khas dari kota Jawa Tengah ini. Ada 2 macam pertunjukan wayang yang sering di gelar di keraton khususnya keraton Surakarta yaitu wayang wong dan wayang kulit . pertunjukan wayang ini biasanya di adakan oleh keraton Surakarta sebagai hiburan untuk rakyat.
Selain wayang, batik dan keraton, candi yang terdapat di Jawa Tengah pun menambah keragaman seni budaya Jawa Tengah yang patut kita lestarikan dan kita nikmati kebudayaan tersebut sebagai warisan budaya dari leluhur kita
Makanan
dan Pertunjukan
Pertunjukan
dan keanekaragaman dari kota solo seperti acara fashion show yang rutin
dilakukan oleh masyarakat yang menunjukan apresiasi seni budaya Jawa Tengah
dengan menghadirkan beberapa hasil karya dari batik dan makanan khas solo pun
menambah ragam budaya yang ada di Jawa TengahDaerah yang masuk di daerah Jawa Tengah pun memberikan apresiasi terhadap seni budaya Jawa Tengah dengan kulinernya yang khas kuliner yang terkenal di Jawa Tengah ini bernama tahu petis, tahu ini jika kita lihat merupakan tahu yang di goreng kemudian di campur dengan lontong yang telah di iris dan di siram oleh kuah kacang yang tentunya sangat nikmat untuk di santap dan ada lagi makanan berupa telur, yaitu telur asin yang menjadi makanan andalan kota brebes yang sayang sekali untuk di lewatkan.
Makanan khas Jawa Tengah ini seperti yang kita ketahui banyak sekali ragamnya, sebut saja brem, bandeng presto, bakpia, lumpia, serta tak tertingalan adalah produsen rokok yang begitu banyak berkembang di wilayah ini. Selain itu bentuk budaya Jawa Tengah lain nya adalah berupa tarian, alat musik, pertunjukan ludruk dan lain sebagainya.
Acara
Adat
Seperti
hal nya ynag sudah kita ketahui bawa Jawa Tengah merupakan wilayah yang begitu
banyak dan kaya akan budaya dan tradisinya, misalnya tradisi yang sering
terjadi di Jawa Tengah yaitu di keraton Surakarta yang sering menyebutnya
dengan tradisi grebeg tradisi ini di lakukan 3 kali dalam satu tahun, tradisi
ini dilakukan merupakan wujud syukur oleh raja Surakarta dengan rakyatnya
dengan membagikan sedekah.Tradisi – tradisi yang merupakan peninggalan – peninggalan nenek moyang kita ini kerap di jadikan dan di lakukan sebagai tradisi yang rutin dan di adakan setiap tahunnya. Upacara yang bersentuhan dengan keagamaan pun sering di lakukan oleh pihak keraton Surakarta ini sebagai tradisi yang mengaitkan antara tradisi kebudayaan dan keagamaan.
Sering sekali juga tradisi ini di adakan untuk rakyat sekitar seperti pemandian barang pusaka yang tersimpan di dalam keraton dan di arak hingga alun – alun kota di sertai dengan sunguhan – sunguhan yang berasal dari alam yang bisa menjadi rebutan masyarakat sekitar
Selain itu, seni budaya Jawa Tengah lainnya adalah ucapan syukur rakyat kepada alam yang di lakukan dengan menghanyutkan hasil dari alam sebagai rasa syukur telah memberikan keberkahan pada rakyatnya. Serta tradisi keagamaan yang terjadi di dalam candi borobudur sebagi candi peninggalan dinasti syailendra sebagai tempat upacara keagamaan umat budha.
Tarian Tradisional Jawa
Tengah
Tarian
tradisional Jawa Tengah, antara lain:
1. Tari Merak
Tari Merak merupakan tari paling populer di Tanah Jawa. Versi yang berbeda
bisa didapati juga di daerah Jawa Barat dan Jawa Timur. Seperti namanya Tarian
Merak merupakan tarian yang melambangkan gerakan-gerakan Burung Merak.
Merupakan tarian solo atau bisa juga dilakukan oleh beberapa orang penari.
Penari umumnya memakai selendang yang terikat dipinggang, yang jika
dibentangkan akan menyerupai sayap burung. Penari juga memakai mahkota
berbentuk kepala menyerupai burung Merak. Gerakan tangan yang gemulai dan
iringan gamelan, merupakan salah satu karakteristik tarian ini.
2. Tari Gambyong
Tari Gambyong tercipta berdasarkan nama seorang penari jalanan (tledhek)
yang bernama Si Gambyong yang hidup pada zaman Sinuhun Paku Buwono IV di
Surakarta (1788-1820). Sosok penari ini dikenal sebagai seorang yang cantik
jelita dan memiliki tarian yang cukup indah. Tak heran, dia terkenal di
seantero Surakarta dan terciptalah nama Tari Gambyong. Tarian ini merupakan
sejenis tarian pergaulan di masyarakat. Ciri khas pertunjukan Tari Gambyong,
sebelum dimulai selalu dibuka dengan gendhing Pangkur. Tariannya terlihat indah
dan elok apabila si penari mampu menyelaraskan gerak dengan irama kendang.
Sebab, kendang itu biasa disebut otot tarian dan pemandu gendhing. Pada zaman
Surakarta, instrumen pengiring tarian jalanan dilengkapi dengan bonang dan
gong. Gamelan yang dipakai biasanya meliputi gender, penerus gender, kendang,
kenong, kempul, dan gong. Semua instrumen itu dibawa ke mana-mana dengan cara
dipikul. Umum dikenal di kalangan penabuh instrumen Tari Gambyong, memainkan
kendang bukanlah sesuatu yang mudah. Pengendang harus mampu tumbuh dengan
keluwesan tarian serta mampu berpadu dengan irama gendhing. Maka tak heran,
sering terjadi seorang penari Gambyong tidak bisa dipisahkan dengan pengendang
yang selalu mengiringinya. Begitu juga sebaliknya, seorang pengendang yang
telah tahu lagak-lagu si penari Gambyong akan mudah melakukan harmonisasi.
3. Tari Sintren
Tari Sintren adalan kesenian tradisional masyarakat Pekalongan dan
sekitarnya. Tari Sintren adalah sebuah tarian yang berbau mistis / magis yang
bersumber dari cerita cinta Sulasih dan Sulandono. Tersebut dalam kisah bahwa
Sulandono adalah putra Ki Baurekso hasil perkawinannya dengan Dewi Rantamsari.
Raden Sulandono memadu kasih dengan Sulasih, seorang putri dari Desa Kalisalak,
namun hubungan asmara tersebut tidak mendapat restu dari Ki Baurekso. Akhirnya
R. Sulandono pergi bertapa dan Sulasih memilih menjadi penari.
Meskipun demikian pertemuan diantara keduanya masih terus berlangsung
malalui alam goib. Pertemuan tersebut diatur oleh Dewi Rantamsari yang pada
saat meninggal jasadnya raib secara goib, yaitu dengan cara bahwa pada setiap
acara dimana Sulasih muncul sebagai penari maka Dewi Rantamsari memasukkan roh
bidadari ke tubuh Sulasih, pada saat itu pula R. Sulandono yang sedang bertapa
dipanggil roh ibunya untuk menemui Sulasih dan terjadilah pertemuan diantara
Sulasih dan R. Sulandono, yaitu dengan cara bahwa pada setiap acara dimana
Sulasih muncul sebagai penari maka Dewi Rantamsari memasukkan roh bidadari ke
tubuh Sulasih, pada saat itu pula R.Sulandono yang sedang bertapa dipanggil roh
ibunya untuk menemui Sulasih dan terjadilah pertemuan diantara Sulasih dan R.
Sulandono.
Sejak saat itulah setiap diadakan pertunjukan sintren, sang penari pasti
dimasuki roh bidadari oleh pawangnya, dengan cacatan bahwa hal tersebut dilakukan
apabila sang penari betul-betul masih dalam keadaan suci (perawan). Sintren
diperankan oleh seorang gadis yang masih suci, dibantu pawang dan diiringi
gending 6 orang, sesuai pengembangan tari sintren sebagai hiburan budaya maka
dilengkapi dengan penari pendamping dan bador (lawak).
Adat Jawa Tengah
Ada pula adat
Jawa Tengah yang menarik untuk di perbincangkan, yaitu:
1. Pesta Lomban
Pesta Lomban di Jepara pada awalnya adalah pesta masyarakat nelayan di
wilayah Kabupaten Jepara, dalam perkembangan pesta ini telah menjadi milik
masyarakat Jepara pada umumnya. Pesta ini merupakan puncak acara dari Pekan
Syawalan yang diselenggarakan pada tanggal 8 syawwal atau 1 minggu setelah hari
Raya Idul Fitri.
Pesta lomban oleh masyarakat Jepara sering pula disebut sebagai “Bada
Lomban “ atau ''Bada Kupat'' . karena pada saat itu masyarakat Jepara
merayakannya dengan memasak kupat dan lepet , masakan itu pila bisa dimakan
dengan berbagai masakan lezat seperti : opor ayam, rendang daging, sambal goreng,
oseng-oseng dan lain sebagainya.
Kupat adalah bentuk tradisional yang tidak asing lagi bagi masyarakat
khususnya masyarakat Jawa Tengah. Kupat ini terbuat dari beras yang dibungkus
daun kelapa muda (janur), rasanya seperti nasi biasa. Sedangkan lepet hampir
seperti kupat tetapi terbuat dari ketan disertai parutan kelapa dan di beri
garam. Lepet ini rasanya lebih gurih dan dimakan tanpa lauk. Bentuknya bulat
panjang sekitar 10 cm.
Pesta Lomban masa sekarang kini telah dilaksanakan oleh warga
masyarakat nelayan Jepara bahkan dalam perkembangannya sudah menjadi milik
warga masyarakat Jepara khususnya. Hal ini nampak partisipasinya yang besar
masyarakat Jepara menyambut Pesta Lomban. Dua atau tiga hari sebelum Pesta
Lomban berlangsung pasar-pasar di kota Jepara nampak ramai seperti ketika
menjelang Hari Raya Idul Fitri. Ibu-ibu rumah tangga sibuk mempersiapkan pesta
lomban sebagai hari raya kedua. Pedagang bungkusan kupat dengan janur (bahan
pembuat kupat dan lepet) juga menjajakan ayam guna melengkapi lauk pauknya.
Pada saat pesta Lomban berlangsung semua pasar di
Jepara tutup tidak ada pedagang yang berjualan semuanya berbondong-bondong ke
Pantai terdekatnya masing-masing. Pesta Lombang biasanya berlangsung sejak jam
06.00 pagi dimulai dengan upacara Pelepasan Sesaji dan lain sebagainya. Upacara
ini dipimpin oleh pemuka agama atau tokoh agama desa tersebut,. Setelah dilepas
dengan do’a sesaji berupa kepala kerbau ini di ”LARUNG” ke tengah lautan,
pelarungan sesaji ini dipimpin oleh pemuka agama desa tersebut.
Upacara pelarungan ini adalah sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada
Allah SWT, yang melimpahkan rizki dan keselamatan kepada warga masyarakat
nelayan selama setahun dan berharap mendapatkan rizki dan hidayahnya masa
depan.
2. Upacara Adat Ruwatan
Upacara Adat Ruwatan sering digelar di Pantai Selatan Parangtritis
Kecamatan Kretek Bantul Yogyakarta merupakan aset wisata yang perlu
dilestarikan dan dikembangkan keberadaanya. Sebab upacara-upacara sakral,
seperti larungan (labuhan), sesaji "Bhekti Pertiwi-Pisungsung
Jaladri" dan ruwatan, selain meningkatkan kunjungan wisatawan, otomatis
juga meningkatkan PAD (pendapatan asli daerah) Kabupaten Bantul, khususnya dan
DI Yogyakarta pada umumnya.
Upacara-upacara semacam itu sering digelar di tiga pantai yang letaknya
berdekatan, yakni Pantai Parangtritis, Parangkusumo, dan Pantai Parangwedang.
Sebagai contoh, upacara yang baru saja dilaksanakan oleh warga setempat, yakni
"Bhekti Pertiwi" dan "Pisungsung Jaladri" di Dusun Pemancingan
Desa Parangtritis Kecamatan Kretek. Dengan diadakan upacara tersebut, menurut
Ki Tembong M. Sandri, salah seorang panitia mengisyaratkan, seperti layaknya
upacara adat lain, sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberikan kemurahan dan rezeki untuk kehidupan keluarga.
Menurut Tembong, upacara adat, selain bertujuan melestarikan budaya luhur
warisan nenek moyang juga menciptakan aset wisata budaya guna mendukung
pengembangan pantai wisata Parangtritis yang dampaknya menaikkan penghasilan
masyarakat dan pemerintah daerah setempat. Kedua upacara tersebut memiliki
makna yang sama dalam satu rangkaian upacara, namun memiliki tujuan dan
pelaksanaan yang berbeda.
Upacara yang sudah dimulai tahun l989 dan masih dilakukan hingga sekarang
itu tetap dilestarikan dan digelar rutin setiap tahun sekali, yakni sehabis
musim panen masyarakat Parangtritis. Bahkan, untuk tahun ini pelaksanaanya
lebih semarak dan meriah. Bupati Bantul Drs. H. Idham Samawi dan Kepala
Pariwisata Bantul Drs. Djoko Lawiyono berkenan hadir dan mengikuti jalannya
upacara sampai selesai, yakni larungan sesaji ke Pantai Selatan.
Maksud dan tujuan diadakan "Bhekti Pertiwi-Pisungsung Jaladri"
ini, selain merupakan ungkapan rasa terima kasihnya pada Yang Maha Pencipta,
juga menyemarakkan keberadaan Pantai Selatan Parangtritis sekaligus
menghilangkan nama jelek yang selama ini diemban pantai tersebut. Ya, selama
ini Pantai Parangtritis identik dengan tempat mangkalnya wanita-wanita yang
menjajakan seks atau WTS-WTS yang mencari mangsa.
Setelah selesai upacara "Bhekti Pertiwi",
dilanjutkan "Pisungsung Jaladri". Bentuk upacara ini merupakan
larungan (labuhan). Sesaji yang terdiri pisang sanggan, bunga tabur, kelapa
muda warna hijau, ketan kolak dan buah-buah yang dibentuk gunungan dan beberapa
pakaian baru, dibawa iring-iringan oleh warga setempat yang terdiri dari 8 RT
menuju ke Pantai Parangtritis untuk dilarung atau dipersembahkan kepada yang
dipercaya menjaga Pantai Selatan, yaitu Nyi Roro Kidul.
Setelah dilarung, warga setempat atau pengunjung saling berebut untuk
menjarah barang-barang larungan, seperti pisang, buah-buah dan pakaian baru
yang sudah dilarung. Dalam perebutan barang-barang larungan ini, para
pengunjung yang sebagian besar kawula muda, siap basah kuyup untuk mencari
barang larungan sebab barang-barang tersebut sudah terbawa arus air ke tengah
lautan.
Selain upacara sakral larungan atau labuhan dan
"Pisungsung Jaladri", di pantai selatan ini sering digelar upacara
sakral ruwatan. Upacara semacam ini biasanya dilaksanakan oleh Yayasan Mandra
Giri Mataram. Ruwatan ada 3 versi, yakni ruwatan nasib, ruwatan penyakit
menahun, dan ruwatan mencari rezeki yang kesemuanya bertujuan satu, yakni
menyembah pada Yang Mahaagung dan Mahakuasa melalui upacara-upacara tersebut.
Ki Tembong, salah seorang juru ruwat mengatakan, hingga sekarang sudah
sekira 25 kali melaksanakan upacara ruwatan. Jalannya upacara ruwatan biasanya
dimulai sekira pukul 16.00 sore yang dimulai dengan mandi kembang dan sesaji
secara kolektif. Setelah selesai upacara ruwatan, para peserta dihibur
pagelaran wayang kulit semalam suntuk. Pagelaran ruwatan dan wayang kulit ini
biasnaya dilakukan malam hari, yakni malam Selasa dan Jumat kliwon di Pantai
Parangtritis dan Parangwedang.
Para pesertanya pun dari bebagai daerah dan berbagai problem terungkap di
sini, mulai yang usahanya sial, seret rezeki, sakit menahun, sulit jodoh,
mencari keturunan, hingga berbagai permasalahan yang sulit diselesaikan.
Melalui upacara ruwatan ini, menurut Ki Tembong, semua problem bisa diatasai
asalkan sabar, telaten, dan tak putus asa.
"Dalam upacara-upacara sakral ruwatan di malam
hari, selain meramaikan objek wisata Parangtritis dan memberi hiburan, juga
bertujuan meningkatkan kunjungan wisatawan dan meningkatkan PAD. Kegiatan ini
sangat disetujui oleh Bupati Bantul Idham Samawi", ujar Tembong.
Sementara itu, Idham Samawi berpendapat, dengan diadakannya
kegiatan-kegiatan yang sifatnya tradisional dan sakral, bisa menjadikan daya
tarik wisatawan, baik wisnus maupun wisman, juga menghilngkan nama jelek di
pantai selatan yang akhir-akhir dijadikan sarangnya para kupu-kupu malam. Di
sisi lain, dengan seringnya diadakan hiburan dan upacara-upacara adat, otomatis
akan menambah penjualan retribusi atau karcis masuk yang sekaligus menambah
pendapatan daerah.
Menurut Kepala Pariwisata Bantul Drs. Djoko Lawiyono, untuk mendukung
tempat wisata Parangtritis yang selama ini semakin ramai dikunjungi wisatawan
memerlukan sarana dan prasarana yang memadai. Seperti disediakannya tempat-tempat
peristirahatan, dibangunnya gedung kesenian, dibentuknya grup-grup kesenian
tradisional asli daerah, dan kebersihan lingkungan serta keamanan tetap dijaga
dan ditingkatkan.
Dalam kaitan upacara adat dan ruwatan di Pantai Selatan Parangtritis, baik
Idham Samawi, Djoko Lawiyono, dan Ki Tembong sependapat bahwa tempat ini
ditetapkan menjadi tempat wisata budaya adat dan hiburan-hiburan tradisional,
baik yang digelar di siang hari maupun di malam hari.
- http://id.wikipedia.org
- Koentjaraningrat.kebudayaan jawa..Jakarta:1994
- F.X. Rahyono, Harimurti Kridalaksana.Pengantar Bahasa dan Kebudayaan Jawa.Jakarta.2001
Tidak ada komentar:
Posting Komentar