Rabu, 26 Maret 2014

Kebudayaan Jawa Tengah


Jawa Tengah adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Jawa. Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah barat, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Jawa Timur di sebelah timur, dan Laut Jawa di sebelah utara.

   Bahasa
Meskipun Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi, umumnya sebagian besar menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa Jawa Dialek Solo-Jogja dianggap sebagai Bahasa Jawa Standar.
Di samping itu terdapat sejumlah dialek Bahasa Jawa namun secara umum terdiri dari dua, yakni kulonan dan timuranKulonan dituturkan di bagian barat Jawa Tengah, terdiri atas Dialek Banyumasan dan Dialek Tegal dialek ini memiliki pengucapan yang cukup berbeda dengan Bahasa Jawa Standar. SedangTimuran dituturkan di bagian timur Jawa Tengah, di antaranya terdiri atas Dialek Solo, Dialek Semarang. Di antara perbatasan kedua dialek tersebut, dituturkan Bahasa Jawa dengan campuran kedua dialek daerah tersebut di antaranya adalah Pekalongan dan Kedu.
Di wilayah-wilayah berpopulasi Sunda, yaitu di kabupaten Brebes bagian selatan, dan kabupaten Cilacap utara sekitar kecamatan Dayeuhluhur, orang Sunda masih menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-harinya.
Berbagai macam dialek yang terdapat di Jawa Tengah :
  1. dialek Pekalongan
  2. dialek Kedu
  3. dialek Bagelen
  4. dialek Semarangan (Kota Semarang)
  5. dialek Pantai Utara Timur (Jepara, Rembang, Demak, Kudus, Pati)
  6. dialek Blora
  7. dialek Surakarta
  8. dialek Yogyakarta
  9. dialek Madiun
  10. dialek Banyumasan (Ngapak)
  11. dialek Tegal-Brebes

   Agama
Islam
88%
Katholik
7%
Kristen
2%
Budha
1%
Hindu
0.5%
Lainnya
0.6%
Sebagian besar penduduk Jawa Tengah beragama Islam dan mayoritas tetap mempertahankan tradisi Kejawen yang dikenal dengan istilah abangan.
Agama lain yang dianut adalah Protestan, KatolikHinduBuddhaKong Hu Cu, dan puluhan aliran kepercayaan. Penduduk Jawa Tengah dikenal dengan sikap tolerannya. Sebagai contoh di daerah Muntilan, Kabupaten Magelang banyak dijumpai penganut agama Katolik, dan dulunya daerah ini merupakan salah satu pusat pengembangan agama Katolik di Jawa. Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi dengan populasi Kristen terbesar di Indonesia , Lain daerah Suatu Desa di Sumpiuh, Banyumas 100 % Beragama Islam dan Banyumas adalah Populasi Islam terbesar di Indonesia.
Terdapat pula orang-orang keturunan Yahudi dan menganut agama Yahudi di Jawa Tengah yang jumlahnya sangat sedikit sekali. Mereka ada di wilayah Semarang, Cilacap, Solo, dan Brebes. Mereka umumnya adalah Yahudi keturunan Belanda pada zaman kolonial.






  Pariwisata

Bengawan Solo di Kota Cepu, Kabupaten Blora
Jawa Tengah banyak terdapat obyek wisata yang sangat menarik. Kota Semarang memiliki sejumlah bangunan kuno. Obyek wisata lain di kota ini termasuk Puri Maerokoco (Taman Mini Jawa Tengah), Museum Jawa Tengah Ranggawarsita dan Museum Rekor Indonesia (MURI). Kota Jepara terdapat sejumlah bangunan kuno yaitu: Benteng PortugisBenteng VOCMuseum R.A Kartini.
Salah satu kebanggaan provinsi ini adalah Candi Borobudur, yakni monumen Buddha terbesar di dunia yang dibangun pada abad ke-9, terdapat di Kabupaten Magelang.Candi Mendut dan Candi Pawon juga terletak dalam satu kawasan dengan Borobudur
Candi Prambanan di Klaten merupakan kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia. Di kawasan Dieng terdapat kelompok candi-candi Hindu, yang diduga dibangun sebelum era Mataram Kuno. Kompleks candi Gedong Songo terletak di lereng Gunung Ungaran, Kabupaten Semarang. Di kawasan kecamatan Keling tepatnya di desa Tempur terdapat Candi Angin.
Surakarta dipandang sebagai salah satu pusat kebudayaan Jawa, dimana di kota ini terdapat Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran. Obyek wisata menarik di luar kota ini adalah Air Terjun Grojogan Sewu dan candi-candi peninggalan Majapahit di Kabupaten Karanganyar; serta Museum Fosil Sangiran yang terletak di jalur Solo-Purwodadi.
Bagian selatan Jawa Tengah juga menyimpan sejumlah obyek wisata alam menarik, di antaranya Goa Jatijajar dan Pantai Karangbolong di Kabupaten Kebumen, serta Baturraden di Kabupaten Banyumas. Di bagian utara terdapat Obyek Wisata Guci di lereng Gunung SlametKabupaten Tegal serta Kota Pekalongan yang dikenal dengan julukan ‘’kota batik’’.
Kawasan pantura barat banyak menyimpan wisata religius. Masjid Agung Demak yang didirikan pada abad ke-16 merupakan bangunan artistik dengan paduan arsitektur Islam dan Hindu. Demakadalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kawasan pantura barat terdapat 3 makam wali sanga, yakni Sunan Kalijaga di Demak, Sunan Kudus di kota Kudus, dan Sunan Muria di Kabupaten Kudus. Kudus juga dikenal sebagai ‘kota kretek’, dan kota ini juga terdapat museum kretek.
       Makanan khas Jawa Tengah
·         JeparaPindang SeraniSoto JeparaSop UdangTempongMadu MongsoAdon-Adon CoroKopi Dapur KuatSutet Es Gempol (Es Pleret), Horok-Horok, Rondo Royal (Tape goreng), Sate Kikil, Klenyem (ketela parut goreng isi gula merah), Turuk BintolKuluban (Urapnangka muda,kacang panjang dan daun mudanya, tauge/kecambah mentah, buah petai cina mentah),Pecel Ikan Laut PanggangTerasi Jepara, Tempong(blenyik), Durian Petruk, Jeruk JeparaKacang OvenKacang Jepara.
·         KudusSoto Ayam Kudus, sate Kerbau, Lentog, dodol, Jenang Kudus.
·         Purwodadiswikeenasi becekkecapsale pisang
·         Banjarnegaradawet ayu, buntil
·         KendalBandeng Tanpa Duri (Tandu)Krupuk PetisKrupuk Rambak,Momoh,Brongkos
·         Semarang: Lunpia/lumpiaSoto Ayam Semarang , sate sapi, bandeng presto, nasi goreng babat, ayam goreng kraton tulang lunak, kue-kue pia, sate kambing bumbu kecap, martabak malabar, kue bandung, tahu petis, tahu gimbal, wingko babat
·         Boyolalimarning (jagung goreng), paru goreng, Brem cap suling gading, krupuk rambak
·         BloraSega Pecel, sate ayam blora, soto ayam blora, tahu campur
·         Brebestelor asin, sate kambing di Tanjung. Brebes hingga kini dikenal sebagai sentra penghasil bawang merah
·         Demak: nasi garang asem, sambel blimbing wuluhkwaci (Demak pernah terkenal sebagai sentra penghasil semangka)
·         Klaten: ayam goreng kalasan, bebek goreng, emping mlinjo
·         Pati: nasi gandul, sate ayam,
·         Pekalongannasi gandul, soto tauco (tauto), nasi megono
·         Pemalangnasi grombyanglontong dekemsate loso
·         Purwokertotempe mendoangethuk gorengsoto sokaraja / sroto sokaraja, nopia
·         Cilacap: ikan bandeng, kerupuk tengiri, sale pisang, ikan asin / gesek
·         Purworejo: kue lompong, clorot (semacam dodol yang dibungkus daun kelapa secara memilin), gebleg (baca ge- seperti e pada kata senang dan -bleg seperti e pada kata becek), kue satu, dawet hitam, lanthing
·         Purbalinggarujak kangkung, tahu gecot, soto kriyik, es duren, klanting
·         Rembangbandeng duri lunak (di Juwana), sirup kawis-ta
·         Salatigabakso urat, bakso babat, kripik paru, ting-ting gepuk
·         Sologudegsate kambing, thengklengsrabi solonasi liwettimlo solo, racikan salat, krupuk karak/gendar, bakso popular ukuran bola golf, tahu acar, sayur tumpang
·         Sragen: nasi garang asem, sate sragen, brambang asem
·         Sukoharjowelut goreng
·         Tegal: “teh poci” (teh yang diseduh dalam poci tanah liat kecil dan diminum dengan gula batu), sate tegal (sate kambing muda khas Tegal), sate bebek majir, pilus, krupuk antor, nasi bogana (nasi megono), Sauto (soto ayam/babat khas Tegal dengan bumbu tauco). Tegal hingga saat ini dikenal sebagai sentra penghasil teh.
·         Wonogiri: gaplek, tiwul, cabuk
·         Wonosobomie ongkloksagontempe kemul, geblek, wedang rondemanisan carica, keripik jamur, dendeng gepuk
·         Ungaran: tahu bakso, sate kempleng, krupuk bakar





   Museum




       
      Batik
Seni budaya memiliki beragam bentuk seni yang terkenal di seluruh Indonesia. Kesenian yang berasal dari Jawa Tengah ini bisa berbentuk batik dan wayang, dan hal lainnya yang menjadi ciri khas Jawa Tengah itu sendiri, kita beri contoh saja batik bisa berupa cetak atau batik cap yang tersohor di seluruh Indonesia




          Keraton dan Wayang

Keraton Surakarta Hadiningrat atau lebih di kenal dengan keraton Surakatra ini merupakan istana kasunanan Surakarta. Seperti sebagaimana namanya, keraton surakatra ini menjadi tempat tinggal sunan dan menjadi rumah tangga nya,  keraton Surakarta menjadi tempat wisata yang banyak di kunjungi oleh pengunjung yang berada di kota solo.
Dalam seni budaya Jawa Tengah di keraton ini, keraton Surakarta juga memiliki banyak benda penyimpanan pusaka atau benda bersejarah seperti pemberian dari kerajaan Eropa, benda – benda pusaka dan sebagainya di simpan di sebagian tempat yang ada di keraton yang di jadikan tempat museum di keraton tersebut.
Bentuk seni budaya Jawa Tengah lainnya adalah wayang. Wayang merupakan kesenian yang khas dari kota Jawa Tengah ini. Ada 2 macam pertunjukan wayang yang sering di  gelar di keraton khususnya keraton Surakarta yaitu wayang wong dan wayang kulit . pertunjukan wayang ini biasanya di adakan oleh keraton Surakarta sebagai hiburan untuk rakyat.

Selain wayang, batik dan keraton, candi yang terdapat di Jawa Tengah pun menambah keragaman seni budaya Jawa Tengah yang patut kita lestarikan dan kita nikmati kebudayaan tersebut sebagai warisan budaya dari leluhur kita




      Makanan dan Pertunjukan
Pertunjukan dan keanekaragaman dari kota solo seperti acara fashion show yang rutin dilakukan oleh masyarakat yang menunjukan apresiasi seni budaya Jawa Tengah dengan menghadirkan beberapa hasil karya dari batik dan makanan khas solo pun menambah ragam budaya yang ada di Jawa Tengah
Daerah yang masuk di daerah Jawa Tengah pun memberikan apresiasi terhadap seni budaya Jawa Tengah dengan kulinernya yang khas kuliner yang terkenal di Jawa Tengah ini bernama tahu petis, tahu ini jika kita lihat merupakan tahu yang di goreng kemudian di campur dengan lontong yang telah di iris dan di siram oleh kuah kacang yang tentunya sangat nikmat untuk di santap dan ada lagi makanan berupa telur, yaitu telur asin yang menjadi makanan andalan kota brebes yang sayang sekali untuk di lewatkan.
Makanan khas Jawa Tengah ini seperti yang kita ketahui banyak sekali ragamnya, sebut saja brem, bandeng presto, bakpia, lumpia, serta tak tertingalan adalah produsen rokok yang begitu banyak berkembang di wilayah ini. Selain itu bentuk budaya Jawa Tengah lain nya adalah berupa tarian, alat musik, pertunjukan ludruk dan lain sebagainya.
   Acara Adat
Seperti hal nya ynag sudah kita ketahui bawa Jawa Tengah merupakan wilayah yang begitu banyak dan kaya akan budaya dan tradisinya, misalnya tradisi yang sering terjadi di Jawa Tengah yaitu di keraton Surakarta yang sering menyebutnya dengan tradisi grebeg tradisi ini di lakukan 3 kali dalam satu tahun, tradisi ini dilakukan merupakan wujud syukur oleh raja Surakarta dengan rakyatnya dengan membagikan sedekah.
Tradisi – tradisi yang merupakan peninggalan – peninggalan nenek moyang kita ini kerap di jadikan dan di lakukan sebagai tradisi yang rutin dan di adakan setiap tahunnya. Upacara yang bersentuhan dengan keagamaan pun sering di lakukan oleh pihak keraton Surakarta ini sebagai tradisi yang mengaitkan antara tradisi kebudayaan dan keagamaan.
Sering sekali juga tradisi ini di adakan untuk rakyat sekitar seperti pemandian barang pusaka yang tersimpan di dalam keraton dan di arak hingga alun – alun kota di sertai dengan sunguhan – sunguhan yang berasal dari alam yang bisa menjadi rebutan masyarakat sekitar
Selain itu, seni budaya Jawa Tengah lainnya adalah ucapan syukur rakyat kepada alam yang di lakukan dengan menghanyutkan hasil dari alam sebagai rasa syukur telah memberikan keberkahan pada rakyatnya. Serta tradisi keagamaan yang terjadi di dalam candi borobudur sebagi candi peninggalan dinasti syailendra sebagai tempat upacara keagamaan umat budha.

  Tarian Tradisional Jawa Tengah
Tarian tradisional Jawa Tengah, antara lain:

1. Tari Merak
Tari Merak merupakan tari paling populer di Tanah Jawa. Versi yang berbeda bisa didapati juga di daerah Jawa Barat dan Jawa Timur. Seperti namanya Tarian Merak merupakan tarian yang melambangkan gerakan-gerakan Burung Merak. Merupakan tarian solo atau bisa juga dilakukan oleh beberapa orang penari. Penari umumnya memakai selendang yang terikat dipinggang, yang jika dibentangkan akan menyerupai sayap burung. Penari juga memakai mahkota berbentuk kepala menyerupai burung Merak. Gerakan tangan yang gemulai dan iringan gamelan, merupakan salah satu karakteristik tarian ini.

2. Tari Gambyong

Tari Gambyong tercipta berdasarkan nama seorang penari jalanan (tledhek) yang bernama  Si Gambyong yang hidup pada zaman Sinuhun Paku Buwono IV di Surakarta (1788-1820). Sosok penari ini dikenal sebagai seorang yang cantik jelita dan memiliki tarian yang cukup indah. Tak heran, dia terkenal di seantero Surakarta dan terciptalah nama Tari Gambyong. Tarian ini merupakan sejenis tarian pergaulan di masyarakat. Ciri khas pertunjukan Tari Gambyong, sebelum dimulai selalu dibuka dengan gendhing Pangkur. Tariannya terlihat indah dan elok apabila si penari mampu menyelaraskan gerak dengan irama kendang. Sebab, kendang itu biasa disebut otot tarian dan pemandu gendhing. Pada zaman Surakarta, instrumen pengiring tarian jalanan dilengkapi dengan bonang dan gong. Gamelan yang dipakai biasanya meliputi gender, penerus gender, kendang, kenong, kempul, dan gong. Semua instrumen itu dibawa ke mana-mana dengan cara dipikul. Umum dikenal di kalangan penabuh instrumen Tari Gambyong, memainkan kendang bukanlah sesuatu yang mudah. Pengendang harus mampu tumbuh dengan keluwesan tarian serta mampu berpadu dengan irama gendhing. Maka tak heran, sering terjadi seorang penari Gambyong tidak bisa dipisahkan dengan pengendang yang selalu mengiringinya. Begitu juga sebaliknya, seorang pengendang yang telah tahu lagak-lagu si penari Gambyong akan mudah melakukan harmonisasi.

3. Tari Sintren
Tari Sintren adalan kesenian tradisional masyarakat Pekalongan dan sekitarnya. Tari Sintren adalah sebuah tarian yang berbau mistis / magis yang bersumber dari cerita cinta Sulasih dan Sulandono. Tersebut dalam kisah bahwa Sulandono adalah putra Ki Baurekso hasil perkawinannya dengan Dewi Rantamsari. Raden Sulandono memadu kasih dengan Sulasih, seorang putri dari Desa Kalisalak, namun hubungan asmara tersebut tidak mendapat restu dari Ki Baurekso. Akhirnya R. Sulandono pergi bertapa dan Sulasih memilih menjadi penari.

Meskipun demikian pertemuan diantara keduanya masih terus berlangsung malalui alam goib. Pertemuan tersebut diatur oleh Dewi Rantamsari yang pada saat meninggal jasadnya raib secara goib, yaitu dengan cara bahwa pada setiap acara dimana Sulasih muncul sebagai penari maka Dewi Rantamsari memasukkan roh bidadari ke tubuh Sulasih, pada saat itu pula R. Sulandono yang sedang bertapa dipanggil roh ibunya untuk menemui Sulasih dan terjadilah pertemuan diantara Sulasih dan R. Sulandono, yaitu dengan cara bahwa pada setiap acara dimana Sulasih muncul sebagai penari maka Dewi Rantamsari memasukkan roh bidadari ke tubuh Sulasih, pada saat itu pula R.Sulandono yang sedang bertapa dipanggil roh ibunya untuk menemui Sulasih dan terjadilah pertemuan diantara Sulasih dan R. Sulandono.

Sejak saat itulah setiap diadakan pertunjukan sintren, sang penari pasti dimasuki roh bidadari oleh pawangnya, dengan cacatan bahwa hal tersebut dilakukan apabila sang penari betul-betul masih dalam keadaan suci (perawan). Sintren diperankan oleh seorang gadis yang masih suci, dibantu pawang dan diiringi gending 6 orang, sesuai pengembangan tari sintren sebagai hiburan budaya maka dilengkapi dengan penari pendamping dan bador (lawak).


  Adat Jawa Tengah
Ada pula adat Jawa Tengah yang menarik untuk di perbincangkan, yaitu:

1. Pesta Lomban
Pesta Lomban di Jepara pada awalnya adalah pesta masyarakat nelayan di wilayah Kabupaten Jepara, dalam perkembangan pesta ini telah menjadi milik masyarakat Jepara pada umumnya. Pesta ini merupakan puncak acara dari Pekan Syawalan yang diselenggarakan pada tanggal 8 syawwal atau 1 minggu setelah hari Raya Idul Fitri.
Pesta lomban oleh masyarakat Jepara sering pula disebut sebagai “Bada Lomban “ atau ''Bada Kupat'' . karena pada saat  itu masyarakat Jepara merayakannya dengan memasak kupat dan lepet , masakan itu pila bisa dimakan dengan berbagai masakan lezat seperti : opor ayam, rendang daging, sambal goreng, oseng-oseng dan lain sebagainya.

Kupat adalah bentuk tradisional yang tidak asing lagi bagi masyarakat khususnya masyarakat Jawa Tengah. Kupat ini terbuat dari beras yang dibungkus daun kelapa muda (janur), rasanya seperti nasi biasa. Sedangkan lepet hampir seperti kupat tetapi terbuat dari ketan disertai parutan kelapa dan di beri garam. Lepet ini rasanya lebih gurih dan dimakan tanpa lauk. Bentuknya bulat panjang sekitar 10 cm.

Pesta Lomban  masa sekarang  kini telah dilaksanakan oleh warga masyarakat nelayan Jepara bahkan dalam perkembangannya sudah menjadi milik warga masyarakat Jepara khususnya. Hal ini nampak partisipasinya yang besar masyarakat Jepara menyambut Pesta Lomban. Dua atau tiga hari sebelum Pesta Lomban berlangsung pasar-pasar di kota Jepara nampak ramai seperti ketika menjelang Hari Raya Idul Fitri. Ibu-ibu rumah tangga sibuk mempersiapkan pesta lomban sebagai hari raya kedua. Pedagang bungkusan kupat dengan janur (bahan pembuat kupat dan lepet) juga menjajakan ayam guna melengkapi lauk pauknya.

Pada saat pesta Lomban berlangsung semua pasar di Jepara tutup tidak ada pedagang yang berjualan semuanya berbondong-bondong ke Pantai terdekatnya masing-masing. Pesta Lombang biasanya berlangsung sejak jam 06.00 pagi dimulai dengan upacara Pelepasan Sesaji dan lain sebagainya. Upacara ini dipimpin oleh pemuka agama atau tokoh agama desa tersebut,. Setelah dilepas dengan do’a sesaji berupa kepala kerbau ini di ”LARUNG” ke tengah lautan, pelarungan sesaji ini dipimpin oleh pemuka agama desa tersebut.

Upacara pelarungan ini adalah sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Allah SWT, yang melimpahkan rizki dan keselamatan kepada warga masyarakat nelayan selama setahun dan berharap mendapatkan rizki dan hidayahnya masa depan.


2. Upacara Adat Ruwatan

Upacara Adat Ruwatan sering digelar di Pantai Selatan Parangtritis Kecamatan Kretek Bantul Yogyakarta merupakan aset wisata yang perlu dilestarikan dan dikembangkan keberadaanya. Sebab upacara-upacara sakral, seperti larungan (labuhan), sesaji "Bhekti Pertiwi-Pisungsung Jaladri" dan ruwatan, selain meningkatkan kunjungan wisatawan, otomatis juga meningkatkan PAD (pendapatan asli daerah) Kabupaten Bantul, khususnya dan DI Yogyakarta pada umumnya.

Upacara-upacara semacam itu sering digelar di tiga pantai yang letaknya berdekatan, yakni Pantai Parangtritis, Parangkusumo, dan Pantai Parangwedang. Sebagai contoh, upacara yang baru saja dilaksanakan oleh warga setempat, yakni "Bhekti Pertiwi" dan "Pisungsung Jaladri" di Dusun Pemancingan Desa Parangtritis Kecamatan Kretek. Dengan diadakan upacara tersebut, menurut Ki Tembong M. Sandri, salah seorang panitia mengisyaratkan, seperti layaknya upacara adat lain, sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemurahan dan rezeki untuk kehidupan keluarga.

Menurut Tembong, upacara adat, selain bertujuan melestarikan budaya luhur warisan nenek moyang juga menciptakan aset wisata budaya guna mendukung pengembangan pantai wisata Parangtritis yang dampaknya menaikkan penghasilan masyarakat dan pemerintah daerah setempat. Kedua upacara tersebut memiliki makna yang sama dalam satu rangkaian upacara, namun memiliki tujuan dan pelaksanaan yang berbeda.

Upacara yang sudah dimulai tahun l989 dan masih dilakukan hingga sekarang itu tetap dilestarikan dan digelar rutin setiap tahun sekali, yakni sehabis musim panen masyarakat Parangtritis. Bahkan, untuk tahun ini pelaksanaanya lebih semarak dan meriah. Bupati Bantul Drs. H. Idham Samawi dan Kepala Pariwisata Bantul Drs. Djoko Lawiyono berkenan hadir dan mengikuti jalannya upacara sampai selesai, yakni larungan sesaji ke Pantai Selatan.

Maksud dan tujuan diadakan "Bhekti Pertiwi-Pisungsung Jaladri" ini, selain merupakan ungkapan rasa terima kasihnya pada Yang Maha Pencipta, juga menyemarakkan keberadaan Pantai Selatan Parangtritis sekaligus menghilangkan nama jelek yang selama ini diemban pantai tersebut. Ya, selama ini Pantai Parangtritis identik dengan tempat mangkalnya wanita-wanita yang menjajakan seks atau WTS-WTS yang mencari mangsa.

Setelah selesai upacara "Bhekti Pertiwi", dilanjutkan "Pisungsung Jaladri". Bentuk upacara ini merupakan larungan (labuhan). Sesaji yang terdiri pisang sanggan, bunga tabur, kelapa muda warna hijau, ketan kolak dan buah-buah yang dibentuk gunungan dan beberapa pakaian baru, dibawa iring-iringan oleh warga setempat yang terdiri dari 8 RT menuju ke Pantai Parangtritis untuk dilarung atau dipersembahkan kepada yang dipercaya menjaga Pantai Selatan, yaitu Nyi Roro Kidul.

Setelah dilarung, warga setempat atau pengunjung saling berebut untuk menjarah barang-barang larungan, seperti pisang, buah-buah dan pakaian baru yang sudah dilarung. Dalam perebutan barang-barang larungan ini, para pengunjung yang sebagian besar kawula muda, siap basah kuyup untuk mencari barang larungan sebab barang-barang tersebut sudah terbawa arus air ke tengah lautan.

Selain upacara sakral larungan atau labuhan dan "Pisungsung Jaladri", di pantai selatan ini sering digelar upacara sakral ruwatan. Upacara semacam ini biasanya dilaksanakan oleh Yayasan Mandra Giri Mataram. Ruwatan ada 3 versi, yakni ruwatan nasib, ruwatan penyakit menahun, dan ruwatan mencari rezeki yang kesemuanya bertujuan satu, yakni menyembah pada Yang Mahaagung dan Mahakuasa melalui upacara-upacara tersebut.

Ki Tembong, salah seorang juru ruwat mengatakan, hingga sekarang sudah sekira 25 kali melaksanakan upacara ruwatan. Jalannya upacara ruwatan biasanya dimulai sekira pukul 16.00 sore yang dimulai dengan mandi kembang dan sesaji secara kolektif. Setelah selesai upacara ruwatan, para peserta dihibur pagelaran wayang kulit semalam suntuk. Pagelaran ruwatan dan wayang kulit ini biasnaya dilakukan malam hari, yakni malam Selasa dan Jumat kliwon di Pantai Parangtritis dan Parangwedang.

Para pesertanya pun dari bebagai daerah dan berbagai problem terungkap di sini, mulai yang usahanya sial, seret rezeki, sakit menahun, sulit jodoh, mencari keturunan, hingga berbagai permasalahan yang sulit diselesaikan. Melalui upacara ruwatan ini, menurut Ki Tembong, semua problem bisa diatasai asalkan sabar, telaten, dan tak putus asa.

"Dalam upacara-upacara sakral ruwatan di malam hari, selain meramaikan objek wisata Parangtritis dan memberi hiburan, juga bertujuan meningkatkan kunjungan wisatawan dan meningkatkan PAD. Kegiatan ini sangat disetujui oleh Bupati Bantul Idham Samawi", ujar Tembong.


Sementara itu, Idham Samawi berpendapat, dengan diadakannya kegiatan-kegiatan yang sifatnya tradisional dan sakral, bisa menjadikan daya tarik wisatawan, baik wisnus maupun wisman, juga menghilngkan nama jelek di pantai selatan yang akhir-akhir dijadikan sarangnya para kupu-kupu malam. Di sisi lain, dengan seringnya diadakan hiburan dan upacara-upacara adat, otomatis akan menambah penjualan retribusi atau karcis masuk yang sekaligus menambah pendapatan daerah.

Menurut Kepala Pariwisata Bantul Drs. Djoko Lawiyono, untuk mendukung tempat wisata Parangtritis yang selama ini semakin ramai dikunjungi wisatawan memerlukan sarana dan prasarana yang memadai. Seperti disediakannya tempat-tempat peristirahatan, dibangunnya gedung kesenian, dibentuknya grup-grup kesenian tradisional asli daerah, dan kebersihan lingkungan serta keamanan tetap dijaga dan ditingkatkan.

Dalam kaitan upacara adat dan ruwatan di Pantai Selatan Parangtritis, baik Idham Samawi, Djoko Lawiyono, dan Ki Tembong sependapat bahwa tempat ini ditetapkan menjadi tempat wisata budaya adat dan hiburan-hiburan tradisional, baik yang digelar di siang hari maupun di malam hari.

Daftar Pustaka :
-     http://id.wikipedia.org
-         Koentjaraningrat.kebudayaan jawa..Jakarta:1994
-          F.X. Rahyono, Harimurti Kridalaksana.Pengantar Bahasa dan Kebudayaan Jawa.Jakarta.2001

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Review Jurnal Prinsip Kerja Grounding System (Penyalur Petir)

Review Jurnal  Prinsip Kerja Grounding System (Penyalur Petir) RIZKI RAMADHAN ABSTRAKSI Indonesia terletak di daerah tropis da...