Sabtu, 24 Januari 2015

Trailer Film Dokumenter Belakang Hotel Jogja Asat




Trailer Film Dokumenter Belakang Hotel Jogja Asat. “Belakang Hotel” adalah sebuah film dokumenter yang menggambarkan bagaimana kompetisi memperebutkan air tanah yang terjadi antara warga dan industri pariwisata di Jogja. Dalam 10 tahun terakhir, jumlah kamar hotel di Yogyakarta terus bertambah mencapai lebih dari 3.000 unit.

Setiap kamar hotel itu rata-rata membutuhkan 380 liter air per hari, sementara rata-rata rumah warga hanya 300 liter per hari. Sumur-sumur warga mulai mengering setelah pembangunan hotel-hotel itu. Ironi ini kemudian membangkitkan para relawan dan videografer bergotong royong membuat film dokumenter Belakang Hotel.

Film dokumenter Belakang Hotel ini digarap bergotong royong dengan dana gugur gunung antara Watchdoc, Combine, jurnalis, dan Warga Berdaya. Selama ini Warga Berdaya sudah menyulut sindiran #JogjaAsat yang artitnya Jogja Kering. Pembuatan film dokumenter Belakang Hotel ini pun cukup singkat, hanya sekitar seminggu di awal bulan November ini.

Pengambilan gambar film dokumenter ini dilakukan di Miliran, Gowongan, Penumping, dan Kota Gede. Dandhy Dwi Laksono mengatakan, “Ide pembuatan film itu baru saja. Sedangkan sekarang akan masuk penghujan. Biar tidak hilang momentum.” Dandhy Dwi Laksono menjadi produser, sutradara, dan merangkap cameramen dalam film dokumenter ini.

Dalam trailer film dokumenter Belakang Hotel yang dirilis di akun YouTube Watchdoc Documentary Maker, Dodo Putra Bangsa menjadi tokoh sentral. Warga kampung Miliran itu menampilkan keresahan yang dialami warga di kampungnya. Sumur di rumahnya sudah kering sejak bulan Juli lalu. Sumur kering itu baru pertama kali dialaminya sejak dilahirkan 37 tahun yang lalu.
Dodo Putra Bangsa mengatakan kekeringan sumur di kampungnya terjadi setelah Hotel Fave beroperasi dan menyedot air tanah dalam. Karena warga di belakang hotel tersebut tidak menggunakan air PDAM dan sumur-sumur mereka pun kering, mereka kini mengalami krisis air.



Muncul di detik 0:20, Dodo Putra Bangsa melakukan aksi teatrikal dengan gosok gigi lalu berkumur dengan tanah dari sebuah gayung. Tidak hanya itu, Dodo Putra Bangsa juga mengguyurkan seember tanah ke seluruh badannya. Rambut Dodo yang gondrong pun penuh tanah. Aksi mandi dengan tanah itu adalah sebuah bentuk protes atas hotel penghisap sumur warga.

Tidak hanya memprotes hotel, Dodo Putra Bangsa ingin memprotes walikota Yogyakarta yang mudahnya memberi izin pembangunan hotel-hotel tanpa memperhatikan faktor lingkungan sekitar. Film dokumenter Belakang Hotel juga menampilkan contoh krisis air yang dialami warga Gowongan dan Penumping. Sementara Kota Gede menjadi daerah pembanding di mana sumur-sumur warga tidak kering meski kemarau pasalnya tidak ada hotel-hotel pengisap sumur warga.



Sungai Klampok



Kamis, 15 Januari 2015 | 09:55 WIB 

kompas.com/ syahrul munir
Aktivis lingkungan dari Organisasi Pelestari Sungai (Opsi) melihat pencemaran Sungai Klampok dibelakang pabrik PT Sidomuncul, Diwak, Pringapus, Rabu (22/10/2014) siang.


UNGARAN, KOMPAS.com - Sungai Klampok tercemar limbah pabrik, satu di antaranya diduga berasal dari pabrik jamu PT Sido Muncul. Komisi C DPRD Kabupaten Semarang pun akhirnya turun ke lokasi untuk melakukan peninjauan. Hal ini dilakukan setelah sejumlah LSM pegiat lingkungan mendesak wakil rakyat untuk bereaksi. Hasilnya dari peninjauan, pada Selasa lalu itu, adalah ditemukannya beberapa kejanggalan pada instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di PT Sido Muncul.

Ketua Komisi C DPRD Kabupaten Semarang, Ngesti Nugroho, mengatakan, awalnya tim mendapati limbah yang dibuang ke Sungai Klampok secara visual berwarna hitam dan berbau.

Sampai di situ, temuan seolah membenarkan apa yang selama ini dikeluhkan masyarakat dan dilaporkan Organisasi Pelestari Sungai Indonesia (OPSI). "Ada saluran yang tertutup yang bermuara ke sungai. Indikasinya seperti air buangan limbah yang tidak melalui pengolahan. Hal itu disaksikan oleh anggota dewan (DPRD), Opsi, BLH dan manajemen Sidomuncul yang diwakili Pak Hadi," ujar Ngesti Nugroho, Kamis (15/1/2015).

Saat ditanyakan kepada manajemen, jawaban yang diberikan sangat tidak masuk akal. Saat itu manajemen menjawab, bahwa air tersebut merupakan air dari toilet. Namun saat tim melakukan pengecean ke kamar mandi, pernyataan manajemen lngsung terbantahkan. Sebab, air kamar mandi dengan air yang keluar dari saluran ke sungai berbeda.

"Manajemen berkelit lagi, bahwa air itu air hujan. Padahal jelas-jelas saat itu tidak hujan," unngkap Nugroho.

Belum selesai keheranan tim dengan jawaban manajemen PT Sido Muncul, tim menemukan sebuah truk tanki berwarna hijau yang katanya berisi air bersih. Namun saat Opsi mengambil sampel isi tangki tersebut, ternyata berisi air berwarna hitam.

"Mereka berkelit bahwa air itu untuk mengangkut limbah dari lokasi lain. Tapi logikanya jika itu limbah semestinya ada saluran tertutup yang menuju ke Ipal," ungkap dia.

Atas serangkaian kejanggalan itu, komisi C berencana memanggil pihak manajemen PT Sido Muncul untuk menjelaskan skema pengolahan limbah yang selama ini dilakukan. Namun kapan waktunya, Ngesti belum bisa memberikan keterangan.

Selain itu komisi C juga merekomendasikan BLH untuk melakukan uji laboratorium terhadap sampel limbah PT Sido Muncul dengan menggandeng lembaga yang terpercaya.

Sebelumnya, Direktur Utama Sido Muncul Irwan Hidayat melontarkan protes atas upaya DPRD Kabupaten Semarang yang akan memanggil manajemen perusahannya terkait limbah yang diduga mencemari Sungai Klampok.

Dia merasa, sejauh ini hanya perusahannya yang selalu dibidik terkait persoalan limbah ini. Dia menuntut pemerintah setempat untuk melakukan sidak juga ke perusahaan lainnya


Penulis
: Kontributor Ungaran, Syahrul Munir
Editor
: Glori K. Wadrianto

Sumber: http://regional.kompas.com/read/2015/01/15/09551471/Ini.Kejanggalan.di.PT.Sido.Muncul.Soal.Limbah.di.Sungai.Klampok
 

Review Jurnal Prinsip Kerja Grounding System (Penyalur Petir)

Review Jurnal  Prinsip Kerja Grounding System (Penyalur Petir) RIZKI RAMADHAN ABSTRAKSI Indonesia terletak di daerah tropis da...